Kamis, 09 Februari 2012

Runtuhnya Benteng Barshisha



Tersebutlah kisah seorang ‘alim yang taat beribadah. Karena ‘alimnya, dia tidak pernah bermaksiyat selama 200 tahun. Berkat ibadah dan kealimannya, 9.000 muridnya dapat berjalan di atas bumi. Para malaikat pun kagum terhadap hamba Allah yang satu ini.

Tetapi, apa kata Allah SWT atas kekaguman malaikat kepada hamba-Nya yang bernama Barshisha, “Apa yang kau herankan daripadanya. Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan sesungguhnya, Barshisha ada dalam pengetahuan-Ku. Di akhir hayat Barshisha yang terkenal alim itu berbalik menjadi kafir dan masuk neraka selama-lamanya hanya karena minum khamr,” kata Allah SWT.

Mendengar perkataan Allah SWT, iblis merasa menemukan kunci kelemahan Barshisha. Dan, bukanlah iblis jika dia tiada menggoda manusia agar menjadi temannya di neraka kelak. Maka datanglah iblis ke tempat peribadatan Barshisha dengan menyamar sebagai seorang yang alim dengan mengenakan pakain zuhudnya berupa kain tenun.

“Siapa engkau ini dan apa maumu?” tanya Barshisha. “Aku adalah hamba Allah yang datang untuk menolongmu dalam rangka mengabdi dan menyembah Allah,” jawab iblis. “Siapa yang hendak berbakti dan beribadah kepada Allah, cukuplah Allah yang menolongnya dan bukan engkau,” jawab Barshisha dengan hati yang masih tegar.

Melihat mangsanya begitu tegar pendiriannya, iblis mengambil jurus yang lain. Selama tiga hari tiga malam, iblis menyembah Allah tanpa makan, minum, dan tidur. Melihat tamunya beribadah sekhusuk itu, hati Barshisha mulai goyah. Barshisha kagum atas kekhusyukan tamunya yang terus menerus beribadah tiga hari tiga malam tanpa tidur, makan, dan minum sedikitpun.

“Padahal yang sealim ini tetap makan, minum, dan tidur bila beribadah kepada Allah,” sebuah suara mengusik hatinya. Didorong rasa ingin tahu, Barshisha lalu bertanya kepada tamunya bagaimana dia dapat beribadah seperti itu.

“Aku pernah berbuat dosa. Dan bila teringat akan dosaku, aku menjadi tidak bisa makan dan tidur,” ujar iblis yang berlagak alim. “Bagaimana agar aku dapat beribadah seperti kamu ?” desak Barshisha yang mulai terpikat taktik iblis. Kepada mangsanya, iblis lalu menyarankan agar Barshisha sekali waktu berbuat maksiyat kepada Allah, kemudian bertaubat. Dengan begitu dapat merasakan kenikmatan beribadah setelah mengenang dosanya.

Bujukan iblis mulai termakan Barshisha. Benteng imannya yang terakhir mulai goyah. “Apa yang harus aku kerjakan ?” desak Barshisha. “Berzina,” jawab iblis tegas. “Itu tidak mungkin. Aku tidak akan melakukan perbuatan maksiyat yang dosa besar itu,” jawabnya. “Jika tidak mau, membunuh orang saja, atau minum khamr yang dosanya lebih ringan, “ujar iblis. “Aku pilih minum khmar saja, tetapi dimana aku mendapatkannya,” desak Barshisha yang mulai termakan bujukan iblis. “Pergilah ke desa ini,” jawab iblis menunjukkan nama dan tempat desa yang dimaksud.

Atas saran iblis laknatullah, Barshisha pergi menuju desa yang dimaksud. Disana Barshisha bertemu seorang perempuan cantik yang menjual khmar. Barshisha membelinya dan langsung meneguknya. Karena tidak biasa, Barshisha kehilangan kesadaran. Dengan bernafsu, Barshisha memaksa penjual khamr untuk berzina. Saat Barshisha memaksa perempuan itu, suaminya memergokinya. Barshisha panik, suami perempuan itu dipukulnya hingga mati.

Iblis melaporkan peristiwa itu ke pengadilan dengan Barshisha sebagai terdakwa. Oleh pengadilan, Barshisha dijatuhi hukuman cambuk 80 kali sebagai hukuman minuman khamr, 100 kali cambukan atas hukuman berbuat zina. Bukan itu saja, Barshisha pun divonis hukuman gantung sebagai ganti memukul suami perempuan penjual khamr.

Saat Barshisha digantung, iblis menghampirinya, “Bagaimana keadaanmu Barshisha?”. “Siapa yang mengikuti orang jahat, beginilah akibatnya,” jawab Barshisha. “Aku telah berupaya 200 tahun untuk menggodamu sampai berhasil. Hari ini engkau digantung, bila engkau ingin turun, aku dapat menolongmu. Tetapi dengan syarat, sujudlah kepadaku,” ujar iblis. Barshisha yang sudah mulai putus asa menjawab, “Bagaimana aku dapat bersujud kepadamu, sedang tubuhku dalam gantungan.” “Tidak perlu susah payah, cukup engkau bersujud dan beriman kepadaku dalam hati,” kata iblis menegaskan. Maka bersujudlah Barshisha dalam hatinya kepada iblis. Matilah Barshisha dalam kekafiran menyembah iblis laknatullah.

Begitulah kisah seorang alim yang diakhir hidupnya dihinggapi rasa putus asa sehingga terbujuk rayuan iblis. Setelah berbuat dosa, seharusnya Barshisha bertaubat kepada Allah SWT atas semua dosanya. Tetapi, Barshisha karena rasa putus asa yang menderanya, Barshisha lupa kepada rahmat Allah yang akan mengampuni dan memberikan pertolongan bagi siapa saja yang mau bertaubat. [oman]

0 komentar:

Posting Komentar

 

PENDIDIKAN

RENUNGAN

PUISI